Sunday, October 14, 2012



Lagi nyoba-nyoba khusyu’ dalam sembahyang, tiba-tiba ponsel seorang jamaah berbunyi di satu rakaat terakhir. Meskipun nada sambungnya berupa semacam lagu kasidah, tetep aja terasa mengganggu. Apalagi, sepanjang rakaat terakhir itu, nada sambung ponsel jamaah itu nyaris tak pernah berhenti. Berhenti sebentar, terus bunyi lagi. Begitu terus.
            “Kenapa sih hapenya nggak dimatikan?” tanya imam setelah sembahyang selesai.
            “Maaf, kelupaan, Pak,” jawabnya sembari cengengesan. Setelah itu, si jamaah buru-buru ngacir karena ponselnya kembali berbunyi.
            Dalam beberapa kali sembahyang Jumat, hal serupa kadang juga terjadi. Meskipun annauncer sudah mengingatkan agar segala jenis alat komunikasi dimatikan selama prosesi sembahyang Jumat berlangsung, tetap saja ada yang lupa. Bahayanya lagi kalau pas bunyi, nada sambungnya lagu-lagu.
            Saya pernah berpikir, ada baiknya Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa, memasukkan hape yang berbunyi saat pemiliknya sembahyang sebagai sesuatu yang membatalkan sembahyang seperti halnya keluar sesuatu dari kubul atau dubur dan lain-lain. Dengan batalnya sembahyang seseorang itu, maka dia akan buru-buru menon-aktifkan ponselnya, lalu melanjutkan lagi sembahyangnya dengan risiko menambahkan rakaat yang tertinggal.
           

0 komentar:

PEMASUKAN :
tgl 27 Feb 2019
1.Masjid =Rp.250.000
2.Tromol =Rp.173.000
Jumlah =Rp.423.000

PENGELUARAN :
Ta'lim =Rp.179.000
SALDO Rp.244.000
Bendahara
1.Ali Agus
2.Basri Arbain

Ketua Majlis
Mahyuddin Hanafi




Total Pageviews

Video Majlis AlAbror

Popular

Buku Tamu

Sahabat